Samarinda - Tantangan keamanan digital semakin kompleks di era konektivitas tinggi. Menjawab kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang keamanan siber, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Barat menggelar Webinar Sandikamimania Series #62 bertajuk “Membangun SDM Tangguh di Era Siber: Profesi dan Kompetensi Keamanan Siber dan Sandi”, Kamis, (24/7/2025)
Webinar ini dibuka oleh Asep Denny, Kepala Bidang Persandian dan Keamanan Informasi Diskominfo Jabar, mewakili Kepala Dinas. Dalam sambutannya, Asep menegaskan bahwa dunia saat ini tidak hanya dituntut untuk melek digital, tetapi juga tangguh terhadap ancaman siber yang terus berkembang.
“Transformasi digital telah mengubah wajah aktivitas masyarakat dan instansi. Namun di balik kemudahan tersebut, ancaman keamanan siber juga meningkat tajam. Ini harus diantisipasi dengan penguatan SDM yang tidak hanya paham teknologi, tetapi juga memiliki kompetensi keamanan informasi yang memadai,” ungkap Asep.
Webinar ini menyoroti data terbaru dari We Are Social 2025 yang mencatat 212 juta penduduk Indonesia telah terhubung ke internet, dan 143 juta di antaranya aktif di media sosial. Peningkatan konektivitas ini turut memperluas potensi serangan siber, dari ransomware, phishing, deepfake, hingga eksploitasi sistem berbasis kecerdasan buatan.
Tantangan lain yang dibahas adalah kesenjangan SDM siber secara global maupun nasional. Laporan World Economic Forum 2025 menunjukkan bahwa organisasi kecil lebih rentan terhadap serangan siber karena kekurangan tenaga ahli.
“Sementara di Indonesia, kebutuhan tenaga ahli keamanan siber diperkirakan melebihi 100 ribu orang untuk menghadapi 3,3 ribu insiden digital per minggu. Sayangnya, banyak posisi entry-level yang belum terisi karena minimnya tenaga kerja bersertifikasi di bidang seperti ethical hacking dan cloud security," jelasnya.
Dikatakan Asep, beberapa tantangan yang diidentifikasi dalam membangun SDM siber antara lain kesenjangan kompetensi lulusan IT, terbatasnya kurikulum pendidikan formal, kurangnya minat SDM muda, hingga minimnya dukungan manajemen di berbagai institusi.
Diskominfo Jabar pun mengusulkan sejumlah strategi penguatan SDM, mulai dari integrasi pendidikan keamanan siber di sekolah dan perguruan tinggi, pelatihan teknis berkelanjutan, kolaborasi lintas sektor, hingga program beasiswa dan inkubasi talenta.
“Sebagai bentuk konkret, Pemprov Jabar telah melaksanakan berbagai pelatihan dan sertifikasi sejak 2021 hingga 2025, termasuk audit SPBE, drill test CSIRT, serta pelatihan Red Team dan Blue Team,” imbuhnya. (cht/pt)
