Tenggarong — Ruang Serba Guna SMA Negeri 2 Tenggarong di Jalan Pesut No.112, Kamis (25/9/2025) tampak lebih hidup dari biasanya. Puluhan siswa duduk berbaris rapi, menyimak dengan penuh perhatian saat Penelaah Teknis Kebijakan Diskominfo Kaltim, Dafa Ezra, menyampaikan pesan penting: "Saring sebelum sharing."

Pesan sederhana itu menjadi inti dari kegiatan Sosialisasi Anti-Hoaks dan Konten Pornografi di Media Sosial yang digelar oleh Diskominfo Kaltim. Di tengah derasnya arus informasi digital, Dafa (sapaan akrab) menekankan bahwa siswa memiliki peran besar sebagai agen perubahan di dunia maya.

Dalam paparannya, Dafa menjelaskan bahwa hoaks atau berita bohong bukanlah fenomena baru. 


"Sejak 1800-an, hoaks sudah ada dalam bentuk candaan, rumor, bahkan legenda. Namun kini, dengan adanya internet, hoaks bisa menyebar masif dalam hitungan detik," ujarnya.

Ia menambahkan, ciri khas berita hoaks mudah dikenali: mulai dari judul sensasional penuh tanda seru, kalimat yang memaksa pembaca percaya, hingga narasi menakut-nakuti tanpa dasar fakta jelas. 

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang terjebak dan mempercayainya karena informasi disebarkan secara luas dan berulang-ulang.

Fakta-fakta yang dipaparkan Dafa cukup mengejutkan: 77 persen pengguna internet Indonesia aktif di media sosial; lebih dari 10 ribu laporan hoaks masuk ke Kominfo setiap tahunnya dalam periode 2020–2023; dan jumlah pengguna internet mencapai 215 juta orang pada 2023.


“Ini artinya, ruang digital kita sangat luas, tapi sekaligus rawan disusupi konten negatif. Pelajar harus siap dengan bekal literasi digital agar bisa menghadapi tantangan ini,” tegasnya.

Dafa tidak hanya mengingatkan bahaya, tapi juga memberi bekal praktis. Ia mengajarkan siswa memanfaatkan fitur pencarian gambar terbalik seperti Google Lens untuk mengecek keaslian foto, menghubungi Diskominfo Kaltim melalui akun resmi Instagram atau nomor kontak, serta mengakses situs TurnBackHoax.id untuk mengklarifikasi berita meragukan.

Selain itu, ia mengingatkan siswa agar selalu:

Memeriksa ulang judul provokatif. Meneliti alamat situs web. Membedakan opini dan fakta. Cermat membaca korelasi foto dan caption. Ikut serta dalam komunitas daring yang bergerak melawan hoaks.


Menariknya, kegiatan ini bukan hanya sekadar penyuluhan satu arah. Beberapa siswa mengaku baru mengetahui cara melaporkan hoaks melalui aduankonten@mail.kominfo.go.id. 

Dafa pun menutup sesi dengan ajakan inspiratif. 

“Teknologi tidak bisa kita hentikan, tapi kita bisa memilih cara bijak dalam menggunakannya. Kalian, generasi muda, harus jadi teladan dengan menyebarkan konten positif dan melawan informasi palsu.”

Kegiatan sosialisasi ini memberi warna baru dalam pembelajaran di sekolah. Siswa tidak hanya mendapat teori, tetapi juga diajak memahami tanggung jawab moral di dunia digital. Dari ruang kelas, mereka diharapkan mampu menularkan semangat literasi digital ke lingkungan sekitar dari keluarga hingga masyarakat.(rey/pt)

Comments (2)
Leave a Comment