Paser — Di era serba digital seperti sekarang, ancaman siber tidak lagi datang dari dunia gelap atau sekadar adegan menegangkan di film layar lebar. Fakta tersebut menjadi benang merah dalam webinar “Not Just in the Movies! These Hacking Techniques Are Real and Close to You” yang digelar baru-baru ini Sabtu (21/06/2025)
Webinar ini menyajikan materi edukatif sekaligus menarik yaitu seputar berbagai teknik peretasan modern yang bisa menyerang siapa saja dari pengguna awam hingga kalangan professional, yang dilakuka melalui perangkat sehari-hari seperti aplikasi, kabel USB, hingga koneksi Wi-Fi publik.
Menghadirkan Fawwaz Musaffa, seorang cyber security specialist muda asal Paser, Kalimantan Timur, webinar ini menjadi ruang belajar sekaligus peringatan penting bagi masyarakat. Fawwaz adalah alumnus Asia Pacific University (APU) Malaysia, jurusan Teknologi Informasi dengan spesialisasi Sistem Keamanan Siber (Cyber Security/Information Security System).
Meski usianya relatif muda, sepak terjang Fawwaz di bidang keamanan digital sudah cukup luas. Ia telah berkontribusi dalam pengujian dan penguatan sistem keamanan di sejumlah situs penting. Dalam sesi materinya, Fawwaz memaparkan secara mendalam berbagai metode peretasan yang kerap digunakan oleh pelaku kejahatan digital. Salah satu teknik yang paling banyak memakan korban adalah phishing, yakni upaya memancing korban melalui tautan palsu, video manipulatif, aplikasi (APK) berbahaya, hingga koneksi Wi-Fi publik yang telah disusupi.
“Bahkan aplikasi yang tampilannya sama persis dengan versi asli bisa dirancang untuk mencuri data pribadi pengguna. Inilah yang disebut sebagai Fake APK,” jelas Fawwaz sambil memperlihatkan demonstrasi langsung.
Selain itu, peserta juga diajak memahami dasar-dasar carding, yakni pencurian data kartu kredit untuk transaksi ilegal. Ia juga memperkenalkan Flipper Zero, alat multifungsi berukuran saku yang bisa digunakan untuk meretas sistem RFID, membuka gerbang otomatis, atau bahkan mengganggu jaringan—semuanya hanya dengan satu alat.
Tak kalah mengejutkan, Fawwaz juga mengungkap bahaya dari USB Malware dan OMG Cable, sebuah kabel data biasa yang ternyata bisa diprogram untuk menyusupkan malware ke komputer target. Kabel semacam ini bisa ditemukan di pasaran secara bebas, dan sering kali dijual dengan harga tinggi karena keunikannya.
Salah satu demo yang menarik perhatian peserta adalah simulasi serangan menggunakan kabel USB yang tampak seperti charger biasa. Dalam hitungan kurang dari satu menit, perangkat komputer korban bisa diretas dan dikendalikan dari jarak jauh.
“Bayangkan kalau kabel seperti ini tertinggal di kantor, atau ada yang meminjamkan. Tanpa kita sadari, itu bisa jadi celah,” ungkap Fawwaz.
Ia juga mengungkap fakta bahwa lebih dari 90% serangan siber berhasil karena kelalaian manusia, bukan karena lemahnya sistem. "Itu sebabnya edukasi dan kesadaran adalah benteng utama," tambahnya.
Webinar ini diikuti oleh ratusan peserta secara daring, dari berbagai daerah di Indonesia, baik pelajar, mahasiswa, profesional IT, hingga masyarakat umum yang mulai menyadari pentingnya menjaga privasi dan keamanan data.
Dengan gaya penyampaian yang interaktif dan penggunaan contoh-contoh nyata, sesi ini sukses membuat peserta lebih waspada terhadap ancaman dunia maya yang sering kali tak terlihat.
Webinar ini juga menekankan pentingnya literasi digital sebagai bagian dari ketahanan individu dan masyarakat di era teknologi. Tidak cukup hanya menjadi pengguna, masyarakat perlu menjadi pengguna cerdas dan beretika di ruang digital.
Melalui webinar ini, Fawwaz Musaffa mengingatkan bahwa ancaman digital tidak pernah tidur. Setiap aktivitas daring, sekecil apa pun, bisa menjadi pintu masuk bagi pelaku kejahatan siber. Oleh karena itu, edukasi seperti ini perlu terus digaungkan, agar masyarakat tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga penjaga datanya sendiri.
“Kalau kita bisa pasang kunci ganda di rumah, kenapa tidak di dunia digital?” tutup Fawwaz. (sef/pt)