Samarinda – Ratusan pasang mata tertuju pada satu layar besar yang berdiri megah di tengah kawasan bersejarah Citra Niaga Samarinda, Selasa malam (18/6/2025). Sorak sorai dan tepuk tangan penonton pecah saat lampu-lampu mulai diredupkan, menandai dimulainya pra-event “Bioskop Terapung: 3 Danau Kaltim 2025”, sebuah pertunjukkan yang menggabungkan seni, budaya dan teknologi layar tancap modern di tengah masyarakat.
Acara ini menjadi pemantik dari rangkaian penayangan film di tiga danau ikonik Kalimantan Timur yakni Danau Semayang, Danau Melintang, dan Danau Jempang. Gelaran ini pun mengangkat tema yang selaras dengan kehidupan masyarakat Benua Etam yaitu Dari Hilir Berlayar ke Hulu: Ingatan Air yang Mengalir di Sekitarnya”
Samarinda menjadi kota pembuka dengan menghadirkan pengalaman sinema luar ruang yang unik, dan tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ajang mempertemukan warga lintas generasi, komunitas film, pegiat budaya, hingga penikmat seni lokal.
“Malam ini menandai dimulainya pertunjukkan Bioskop Terapung 3 Danau Kaltim 2025 yang hadir di Bulan Juni dan Juli. Setelah Samarinda, kami akan hadir di Bontang, dan Balikpapan, serta disusul dengan main event yaitu di 3 Danau Kutai Kartanegara,” ungkap Muhammad Al-Fayed selaku Festival Director.
Dipilihnya Citra Niaga sebagai lokasi penayangan bukan tanpa alasan. Kawasan ini merupakan ikon kebangkitan ekonomi kreatif dan budaya Samarinda di masa lalu, dan kini kembali diberi napas baru melalui momentum layar terbuka.
Pada malam itu, penonton dimanjakan dengan penayangan sejumlah film pendek dokumenter bertema lingkungan dan kehidupan masyarakat yang tentunya sarat makna dan pesan mendalam.
“Kami ingin menghadirkan sinema yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi dan menginspirasi,” tambahnya.
Ditempat yang sama hadir Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur Muhammad Faisal yang mengapresiasi karya anak muda Kaltim ini. Baginya semangat yang dibawa anak-anak muda ini terlalu sayang jika tidak diapresiasi.
“Kita apresiasi sekali, ini adalah karya anak muda kita. Kalau bukan kita, siapa lagi yang support dan bangga dengan mereka yang kreatif? Ini wajah masa depan Kaltim yang patut kita dukung bersama,” ujar Faisal.
Dirinya pun menilai Bioskop Terapung adalah ruang yang bukan hanya menayangkan film, namun platform semacam ini juga penting sebagai penggerak budaya dan penyambung generasi.
Diketahui, event gagasan Komunitas Layar Mahakama ini menyita perhatian khalayak tak hanya lokal Kaltim saja melainkan juga secara nasional. Terhitung sebanyak 121 karya film sineas Indonesia terkumpul dan dikurasi menjadi 24 film terpilih untuk ditayangkan di 3 kota dan 3 danau di Kaltim.
Diharapkan, dari satu layar yang menyala, masyarakat tidak hanya menonton, melainkan saling menemukan, duduk berdampingan dan pulang membawa rasa yang sama yaitu ingin terus merawat cerita dan merayakan jejak budaya yang tumbuh dari tanah, air dan imajinasi.
Karena dari sinilah kisah-kisah Benua Etam terus mengalir, menyentuh generasi hari ini dan esok yang tengah belajar mencintai tempat asalnya dengan cara yang paling indah yaitu bercerita. (sef/pt)
Foto : Adding